Ihsan Maulana Mustofa kini menekuni dunia kepelatihan. Dalam menjalankan perannya itu, Ihsan pun terkadang membagikan kisah masa lalu bersama Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie sebagai pelecut semangat.
Ihsan kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 tahun lalu sempat jadi andalan Indonesia di nomor tunggal putra bersama pemain seangkatannya, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
Dia meraih medali perunggu pada ajang Kejuaraan Dunia Bulutangkis Junior 2013. Ihsan pernah jadi pemain termuda yang masuk skuad Tim Merah-Putih untuk berlaga di Piala Thomas 2014 dan juga dibawa ke Piala Sudirman 2015.
Ihsan juga membantu tim putra Indonesia membawa pulang medali emas di ajang SEA Games 2015 dan SEA Games 2017. Sayangnya, karier Ihsan di lapangan tidak panjang.
Cedera dan ajakan melatih di klub lokal Kanada pada pertengahan 2019 membuatnya mundur dari Pelatnas PBSI. Hampir dua tahun melatih di Kanada, Ihsan lantas kembali ke Tanah Air pada 2022.
Dia diajak dulu melatih di PB Djarum sebelum kini menangani para pemain muda di Mutiara Cardinal Bandung. Menjadi pelatih juga bak membuka memori Ihsan semasa jadi pemain muda di Pelatnas PBSI.
Baca juga: Ihsan Maulana Mustofa Sempat ke Kanada, Kini Latih Pebulutangkis Muda |
Tentunya pengalaman Ihsan sebagai pemain muda banyak ditularkan kepada anak didiknya saat ini. Tapi, bukan hal mudah juga melatih pebulutangkis muda saat ini mengingat eranya sudah berubah.
Menurut Ihsan, salah satu hal yang bisa dicontoh oleh para pebulutangkis muda dalam merintis karier adalah daya juang dan kerja keras dari para seniornya. Kepada anak didiknya, Ihsan pun tidak sungkan mengisahkan perjuangannya bersama Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting di masa lalu.
“Makanya yang saya bagi ke mereka tuh, ‘eh, dulu gue begini lo, Jonatan begitu, Ginting begini’,” tutur Ihsan dalam perbincangan dengan detikSport di sela-sela BNI Sirnas Premier 2023.
Selain itu, Ihsan juga mengingatkan bahwa para pebulutangkis muda harus fokus mengejar impiannya. Termasuk dengan meminggirkan dulu perangkat elektroniknya jika sudah waktu latihan.
“Buat kalian, jika ingin jadi pemain, gak akan bisa kalau begini doang. Paling saya ingetinnya di situ doang. Makanya gadget itu ganggu banget, makanya sekarang saya batasi. Kalau malam saya kumpul hape. Setelah latihan pagi, baru diambil lagi sama mereka. Jam 9 malam harus dikumpul lagi,” ujar Ihsan.
“Bukannya saya ingin membatasi mereka, tapi mereka belum bisa dewasa. Kalau mereka udah dewasa, sudah tahu ini jam tidur, saya juga tidak akan mengumpulkan ponsel mereka. Karena mereka belum bisa diatur, maka saya buat aturan seperti ini.”
Lalu, apakah ada perbedaan dengan melatih bulutangkis di Kanada dengan di Indonesia?
“Beda banget. Kalau di sini kan bulutangkis tuh buat prestasi. Kalau di sana beda, kadang ada yang sudah bagus, saya sudah latih, juara di Kanada, terus berhenti karena ingin jadi pengacara. Buat apa saya latih? Nah, menurut dia sekolah lebih penting, memang sudah beda saja jalan pikirnya.”
Simak rangkuman informasi BNI Sirkuit Nasional 2023 selengkapnya di halaman khusus berikut ini!
Baca juga: BNI Sirnas Premier Jakarta 2023 Diikuti 762 Atlet dari 131 Klub |
(mrp/krs)