Mantan Eksekutif Xbox Khawatir Dengan Game Pass karena para gamer nantinya tidak perlu lagi membeli game, sehingga memotong keuntungan yang bisa didapat oleh developer/publisher.
Langkah yang dilakukan oleh Xbox melalui Game Pass, tentunya memberikan sebuah angin segar bagi para gamer (terutama Indonesia) yang mungkin tidak memiliki budget untuk membeli game – game triple A yang harganya bisa mencapai 500 – 800 ribu Rupiah.
Mengapa? Karena kita cukup membayar 50 ribu Rupiah saja per bulannya untuk mendapatkan library game yang sangat banyak (hampir 400an game termasuk EA Play), dan tidak hanya memiliki game indie saja, melainkan ada juga game – game triple A dari developer yang cukup terkenal seperti Bethesda misalnya.
Namun, ternyata salah satu mantan eksekutif dari Xbox yang sudah meninggalkan perusahaan ini sejak tahun 2004, merasa cukup khawatir dengan potensi dampak dari Game Pass yang akan merugikan para developer karena para gamer tidak perlu lagi membeli game dengan harga normal.
Mantan Eksekutif Xbox Khawatir Dengan Game Pass
Informasi ini kami peroleh melalui interview-nya dengan VGC, dimana Ed Fries ditanya apa yang akan dirinya lakukan apabila masih menjabat di tim Microsoft dalam bidang gaming saat ini.
Fries sendiri menyatakan bahwa dirinya cukup ‘takut’ dengan dampak yang terjadi apabila suatu saat model bisnis seperti Game Pass akan mendominasi pasar gaming di dunia, yang tentunya mengarahkan para gamer untuk hanya berlangganan game tanpa membelinya.
Fries mengambil contoh kasus dari Spotify, yang merupakan layanan subscription musik paling besar saat ini, dimana orang – orang yang ingin menikmati musik secara legal dan original, tidak perlu lagi membeli musik mahal – mahal karena tinggal menikmati streaming dari aplikasinya.
Dirinya juga menyatakan bahwa munculnya Spotify akhirnya memotong setengah pendapatan tahunan dari bisnis musik di dunia, dimana lagi – lagi ini disebabkan para pendengar tidak lagi harus membeli musik dari perantara lain seperti iTunes misalnya, karena untuk apa membelinya jika kita bisa menikmatinya secara gratis atau berlangganan dengan harga yang lebih murah.
Namun Benarkah Layanan Ini Merugikan para Developer?
Walaupun kedengarannya cukup masuk akal, namun ternyata pernyataan dari Ed Fries ini cukup dibantah oleh beberapa jurnalis.
Tim Ingham selaku jurnalis dari Music Business Worldwide menyatakan bahwa sebenarnya bukan Spotify yang memotong setengah dari pendapatan tahunan untuk bisnis musik, melainkan pembajakan yang melakukannya.
Justru layanan streaming seperti Spotify inilah yang menghasilkan keuntungan lebih besar lagi kepada creator-nya. Bahkan sejak tahun 2011, saat Spotify diluncurkan untuk US, keuntungan yang diperoleh meningkat sampai 73% dari 15 miliar Dollar sampai 25 miliar Dollar di tahun 2021.
Selain itu, Christopher Dring selaku Head Of Games B2B dari ReedPop’s menyatakan bahwa memang benar dampak tersebut bisa terjadi apabila sudah mencapai skala dari Spotify itu sendiri, namun pertanyaannya adalah apakah mereka akan melakukan hal yang sama?
Christopher menyatakan juga banyak game yang masuk ke dalam layanan subscription ini tetap mendapatkan keuntungan yang sama di platform lain dengan harga yang normal (60 Dollar).
Perbedaannya tentunya terletak pada sisi entertainment itu sendiri, dimana tentunya game akan lebih lama dinikmati dibandingkan media lainnya, terutama game live-services seperti FIFA atau Marvel’s Avengers misalnya.
Bagaimana menurut kalian? Apakah kalian setuju dengan pertanyaan Ed Fries yang menyatakan bahwa model bisnis ini cukup mengkhawatirkan? Atau sebenarnya tidak separah itu? Berikan pendapat kalian.
Baca juga informasi menarik lainnya terkait berita game atau artikel lainnya dari Khrisnanda. For further information and other inquiries, you can contact us via author